Kejadian setengah tahun
lalu saat ia ikut tawuran terbayang lagi. Saat perutnya kena tendang dan
tiba-tiba berakhir di penjara. Mendadak hatinya bimbang. Menunjukkan loyalitas
pada geng, atau... kembali ke markas?
Akhirnya ia mengikuti
akal sehatnya, memutuskan meninggalkan tempat itu. Namun tiba-tiba seseorang
dari geng lawan melihat kelebat Malik.
“Hoiiii! Jangan
lariii!” anak geng lain itu meneriakinya.
Malik langsung berlari menjauh! Tapi anak itu
mengejar. Malik mempercepat larinya, dan si pengejar juga makin cepat! Malik
sangat gusar karena anak itu membawa clurit. Tiba-tiba saja ia sudah sangat
dekat di belakang Malik. Dan...
SHREK!
”Aaagggh!”
pekik
Malik.
Mata clurit itu
dikibaskan ke arahnya. Malik merasa punggungnya tergores sesuatu. Namun Ia tetap berlari sekencang mungkin. Tak
dipedulikannya kulit punggung yang
terasa basah dan perih. Ia berlari makin kencang menuju terminal. Tentu saja
banyak orang di sana. Beruntung! pikir Malik.
Setelah sempat menoleh
sekali ke belakang dan tak ada lagi yang mengejar, ia memperlambat lari. Lutut
dan seluruh badannya terasa lemas, dan tiba-tiba ia ambruk! Tubuhnya
tertelungkup di tanah, di antara orang-orang yang lalu lalang sibuk dengan
kegiatan khas terminal. Jaket kulit hitam yang dipakainya dengan sobekan bekas
bacokan clurit disertai darah segar yang masih mengalir, kontan menjadikannya
kerumunan massa beberapa menit kemudian.
Sinopsis:
Malik, si anak manja dan mantan preman itu telah insaf.
Bahkan ia sempat menikmati kehidupan dalam pesantren selama beberapa tahun. Ia
bertemu dengan Yudho, seorang pemuda miskin yang memberikan energi baik
padanya. Mereka menjadi sahabat layaknya saudara.
Saat mereka begitu akrab, Malik menghadapi situasi berat
dalam hidupnya. Ia harus rela melepas hubungan cintanya dengan Hesti, yang
memilih meneruskan hafalan AlQur’annya dengan mengorbankan cintanya pada Malik.
Pada saat yang sama, Malik juga sedang mempersiapkan diri menjadi calon petinggi (kepala desa) di desanya.
Yudho, sahabatnya, begitu khawatir dengan keputusan Malik yang tiba-tiba
bertolak ke Surabaya. Dan kekhawatiran itu terjawab dengan pulangnya Malik
dalam keadaan sebagai jenazah.
Waktu berjalan, kehidupan bergulir.Yudho yang berjanji
menjaga ayah ibu Malik sebagai orang tua sendiri bertemu dengan takdir yang
membuatnya harus berpikir keras. Ia harus menerima amanat warga untuk
meneruskan pencalonan petinggi yang dulu akan diberikan pada Malik. Walau
kehidupan ekonomi dan usia mudanya seakan tak mendukung pencalonan itu, namun
dengan dukungan para sesepuh desa ia memutuskan menghadapi tantangan itu demi
perubahan nasib warga. Beberapa kesulitan ia temui dari pihak lawan yang tak
lain adalah petinggi yang sedang menjabat, Pak Thamrin. Pak Thamrin yang tidak
fair, main dukun, main ancaman kekerasan, justru menjadikan Yudho kian
menunjukkan kedewasaannya serta makin dekat dengan Allah.
Takdir membuat cerita bahwaYudho pernah sekali bertemu
dengan Hesti, gadis yang pernah dipuja sahabatnya itu. Dari pertemuan itu Yudho
makin paham mengapa Malik begitu terpesona pada sosok Hesti yang memang berbeda
dengan gadis kebanyakan seusianya.
Lalu bagaimana kelanjutan sepak terjang Yudho? Mampukan
ia memenangkan pemilihan petinggi itu? Mampukan ia menguak tabir kematian
Malik? Mampukah Hesti mengatasi rasa bersalah yang melandanya? Apakah ada
kelanjutan kisah indah antara Yudho dengan Hesti?
Jawabannya ada di novel saya, “Temui
Aku di Surga”
Judul Novel : Temui Aku di Surga
Penulis : Ella Sofa
Penerbit : Quanta, Imprint dari Elex Media
Komputindo (Grup Kompas Gramedia)
Tebal buku : 228 hal.
Harga Buku : Rp. 44.800,-
Novel bisa
didapat di toko buku Gramedia dan toko buku lainnya. Temukan di deretan Buku
Islami Quanta, ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar